Info terupdate
Jumat, 04 November 2011
Pembunuh Wanita dalam Kardus Kecanduan Video Porno
19.19
ASAL TAHU AJA
No comments
Jakarta - Rahmat Awifi (26), tersangka pembunuh wanita dalam kardus Hertati (35) dan anaknya, ER (6) memiliki kecanduan terhadap games dan video-video porno. Video porno itu pun menginspirasi Rahmat untuk melakukan hubungan seksual dengan korbannya.
Kepala Bagian Psikolog Polda Metro Jaya AKBP Arif Nurcahyo mengatakan, masa kecil Rahmat mengalami pola asuh yang salah. Hal ini membuat super ego Rahmat menjadi tidak terarah.
"Sehingga dia kemudian lebih banyak di jalanan, sering bolos dan terstimulasi untuk main game," kata Arif saat ditemui wartawan di kantornya, Jakarta, Rabu (2/11/2011).
Dikatakan Arif, Rahmat mulai mengenal game melalui internet sejak masih duduk di bangku SMP. Ketika beranjak remaja, Rahmat kemudian bereksplorasi hingga menonton video porno.
"Dia menjadi addict terhadap situs-situs porno dan video porno. Bahkan di tempat kerja pun, dia sering menonton video porno melalui handphonenya," katanya.
Kecanduannya terhadap video porno ini merangsang biologisnya. Di dunia nyata, ia kemudian mengujicobakan tontonannya itu dengan melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya.
Hertati, adalah pengalaman pertama Rahmat dalam mewujudkan fantasi seksualnya. Rahmat memiliki pengalaman pertama dengan Hertati dalam hubungan seksual.
"Dia lebih intens dengan korban (Hertati). Hampir bersamaan dengan itu juga, dia melakukannya dengan pacarnya, Intan," ujarnya.
Rahmat memilih Hertati sebagai 'bahan' eksperimen karena Hertati dianggap memiliki sosok figur ibunya. Semasa kecil, Rahmat kurang mendapat perhatian ibunya.
"Karena bapaknya berlayar, ibunya kemudian menikah lagi. Semasa kecil ini, dia jarang mendapat perhatian ibunya," katanya.
Selepas SMA, Rahmat kemudian berangkat ke Jakarta. Dia kemudian banyak menghabiskan waktunya di terminal dan bermain game. Inilah fase-fase keemasan Rahmat.
"Sehingga dia menjadi addict terhadap game dan video porno dan menjadi anti-sosial dan pribadi yang autis," ungkapnya.
Super ego dalam diri Rahmat tidak terasah dengan baik. Rahmat pun terus menerus hidup dalam dunianya sendiri dan tidak pernah memikirkan risiko akan apa yang dia perbuat terhadap orang lain.
"Sehingga mekanisme pertahanan hidupnya kuat dan cenderung mencari pembenaran. Membunuh adalah pembenarannya," paparnya.
Meski demikian, lanjutnya, kondisi kejiwaan Rahmat normal. Dengan kejiwaan yang normal, Rahmat dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Masih bisa, karena dia punya orientasi ruang dan waktu sehingga dikategorikan normal," pungkasnya.
(mei/nwk)
sumber
0 komentar:
Posting Komentar